PERKEMBANGAN, FUNGSI, DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

Perkembangan Bahasa
 
Berdasarkan sejarah yang telah tersirat bahwa bangsa Indonesia memiliki menjadikan bahasa melayu sebagai bahasa persatuan bangsa. Dengan munculnya Kerajaan Sriwijaya (dari abad ke-7 Masehi) memakai bahasa Melayu (sebagai bahasa Melayu Kuna) sebagai bahasa kenegaraan. Hal ini diketahui dari beberapa prasasti, diantaranya:
  1. Tulisan yang terdapat pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380 M.
  2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada tahun 683.
  3. Prasasti Talang Tuwo, di Palembang, pada tahun 684.
  4. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686.
  5. Prasasti Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun 688.
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.
Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat bahwa bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi. Pada periode ini mulai terbentuklah “bahasa Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.
Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa “penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia Belanda.”
Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.
 
Berhubung dengan menyebar Bahasa Melayu ke pelosok nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama islam di wilayah nusantara. Serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya, karena bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia. Hal ini terbukti dengan lahirnya sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober 1928 yang mengiikrarkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa yang semuanya dengan nama Indonesia. Adapun isi dari sumpah pemuda itu adalah sebagai berikut:
  1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
  2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
  3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Dengan lahirnya sumpah pemuda Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : “Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.“
 
Peristiwa-peristiwa penting dalam perkembangan bahasa Indonesia
  1. Pada tahun 1901 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. van Ophuijsen dan ia dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
  2. Pada tahun 1908 Pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 ia diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
  3. Tahun 1917, badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
  4. Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itulah para pemuda pilihan mamancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan bahasa Indonesia.
  5. Pada tahun 1933 secara resmi berdirilah sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana dan kawan-kawan.
  6. Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkanlah Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
  7. Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar RI 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
  8. Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
  9. Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober s.d. 2 November 1954 juga salah satu perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
  10. Pada tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972.
 
Fungsi Bahasa
 
Ada beberapa fungsi bahasa. di antaranya adalah sebagai berikut:
  1. Sebagai Alat Ekspresi Diri
    Kita memilih cara berbahasa yang berbeda kepada orang yang kita hormati dibandingkan dengan cara berbahasa kita kepada teman kita. Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, si pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.
    Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita.
  2. Sebagai Alat Komunikasi
    Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita.
    Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita.
    Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
  3. Sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial
    Bahasa di atas sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat  hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5).
  4. Sebagai Alat Kontrol Sosial
    Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.
    Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol sosial.
    Kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio. klan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.
 
Kedudukan Bahasa Indonesia
 
Secara umum Kedudukan Bahasa Indonesia terbagi menjadi 2. diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional.
    Fungsi Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional:
    • Bahasa Indonesia berfungsi sebagai Lambang kebanggaan kebangsaan

    Bahasa Indonesia mencerminkan nilai – nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Atas dasar kebanggaan ini , Bahasa Indonesia harus kita pelihara dan kita kembangkan. Serta harus senantiasa kita bina rasa bangga dalam menggunakan Bahasa Indonesia.

    • Bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang identitas nasional

    Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya apabila masyarakat pemakainya/yang menggunakannya membina dan mengembangkannya sehingga bersih dari unsur – unsur bahasa lain.

    • Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat perhubungan antar warga, antar daerah, dan antar budaya

    Dengan adanya Bahasa Indonesia kita dapat menggunakannya sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi/berkomunikasi dengan masyarakat-masyarakat di daerah (sebagai bahasa penghubung antar warga, daerah, dan buadaya).

    • Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat yang memungkinkan penyatuan berbagai – bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing – masing kedalam kesatuan kebangsaan Indonesia.

    Dengan bahasa Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai – nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan.

  2. Sebagai Bahasa Negara.
    Fungsi Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara:
    • Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan

    Sebagai bahasa resmi kenegaraan , bahasa Indonesia dipakai didalam segala upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

    • Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar didalam dunia pendidikan

    Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar yang digunakan di lembaga – lembaga pendidikan mulai dari taman kanak – kanak sampai dengan perguruan tinggi diseluruh Indonesia.

    • Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

    Bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal – balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar suku , melainkan juga sebagai alat perhubungan didalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasanya.

    • Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

    Bahasa Indonesia adalah satu – satunya alat yang memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memikili ciri – ciri dan identitasnya sendiri ,yang membedakannya dari kebudayaan daerah.

Sumber       :
http://ishals.student.umm.ac.id/2012/02/03/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia- dan-ejaan-yang-disempunakan/ Image

KALIMAT

PENGERTIAN KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!). Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat.
UNSUR KALIMAT
Unsur kalimat adalah: Subyek (S), Predikat (P), Obyek (O), dan Keterangan (K).
    A. Subyek: Subyek adalah unsur kalimat yang menunjukkan pelaku.
     Subyek dapat berupa
              1) kata benda atau kata yang dibendakan (frasa nominal)
              Contoh:
              Pertemuan itu  ditunda sampai minggu depan. (Subyek, Pertemuan itu, kata benda)
              Panasnya sangat menyengat. (Subyek,  Panasnya, kata keadaan yang dibendakan)
            Mahasiswa yang pemalu itu memenangkan lomba melukis. (Subyek,  Mahasiswa yang pemalu itu, frasa nominal)
            2) Subyek disertai kata ganti penunjuk, ini, itu, dan tersebut yang ditempatkan di antara subyek dan predikat, bahkan kata ganti penunjuk itu sendiri dapat bertindak menjadi subyek.
              Contoh:
               Perhiasannya anggun. (Meja itu, subyek)
               Itu perhiasan anggun. (Itu, subyek)
               3) Subyek berupa jawaban atas pertanyaan apa yang dan siapa yang.
               Contoh:
               Buku itu  saya serahkan.
               Saya menyerahkan  buku  itu.
               4) Subyek boleh didahului kata tugas, yaitu kata depan dan kata penghubung,
kecuali bahwa. Kata tugas ini berfungsi untuk memperluas kalimat.
                Contoh:
      Sudah kami ketahui bahwa ia tidak datang.
Telah  terbukti bahwa ia mencuri.   
Dari hasil laboratorium diketahui  bahwa golongan darah mereka sama.
5) Subyek dapat diberi keterangan pewatas yang Keterangan pewatas yang ditempatkan di belakang kata atau kelompok kata yang bertindak sebagai subyek.
Contoh:
Icuk Sugiato yang juara dunia bulu tangkis tahun 1983 kalah lagibertanding dengan Yang Yang.
      6)  Subyek dapat dihilangkan dalam kalimat majemuk.
Contoh:
Mereka ingin pulang karena (mereka) sudah terlalu letih.
Mereka ingin pulang karena sudah terlalu letih.
Dia bukan dokter melainkan (dia) produser film.           
                         Dia bukan dokter melainkan produser film.            
     B. Predikat:
Predikat adalah bagian kalimat yang memberitahu subyek melakukan apa atau subyek dalam keadaan bagaimana. Predikat dapat berupa kata atau   frasa, sebagian besar berkelas verba atau ajektiva, tetapi dapat pula nomina atau frasa nominal.
1)  Predikat berupa kata (kata benda,  kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata depan) dan kelompok kata.
Predikat ditempati oleh lima kelas kata atau kelompok kata sbb.:
a)      Predikat berupa kata benda atau frasa nomina
                                    Mereka itu mahasiswa.
                                    Bapak itu pimpinan perusahaan
b)      Predikat berupa kata kerja atau frasa verba
                                    Mereka belajar di teras rumah.
            Dia datang memenuhi janjinya.
c)      Predikat berupa kata sifat atau frasa ajektiva.
                                    Mereka malas ke sekolah pagi ini.
                                    Harganya mahal sekali. 
d)      Predikat berupa kata bilangan atau numeralia.
                                    Kenaikan rata-rata 5 %.
                                    Jumlah penonton sekitar seribu orang.
2)      Predikat itu merupakan jawaban atas mengapa atau bagaimana.
Mereka sedang berdiskusi.
Pertemuan itu kurang menarik.
3)      Permutasian Predikat dengan Subyek
                        Dosen itu datang terlambat.
                        Datang terlambat dosen itu.
4)      Predikat dapat didahului kata (-kata) keterangan aspek atau modalitas.
                      Orang itu (sudah, akan, belum, telah) menjadi wartawan terkenal di ibukota.
5)      Peran dalam predikat
Peran predikat dalam kalimat mengungkapkan tiga informasi, yaitu:
a)      Pernyataan
Contoh:
Pedagang terkenal itu anak seorang nelayan. (Predikat berupa frasa nominal)
b)      Perintah
Dalam peran perintah perlu diperhatikan beberapa cacatan penting.
i)              Subyek dapat ditiadakan
ii)             Setiap kalimat diakhiri dengan tanda seru.
iii)           Dapat berupa kata kerja tanpa imbuhan (aus) seperti: pulang, pergi, gerak, dan tenang.
iv)           Partikel  lah mempertegas (kalimat) perintah
v)   Kata-kata seperti: ayo, silahkan, mari, oke, dilarang, jangan, dan harap memperhalus peran perintah menjadi ajakan, permohonan, dan larangan, sepeti contoh:
                                                    Harap tenang!
                                                    Perhatikan baik-baik!
                                                    Jangan dibagikan dahulu!
c)      Pertanyaan
Peran pertanyaan dinyatakan dengan intonasi menaik dan menurun serta tanda tanya (?) dalam kalimat tulis.
Perlu diketahui beberapa hal tentang peran pertanyaan ini.
i)                    Semua kelas kata atau frasa yang menempati predikat dapat menyatakan pertanyaan seperti terlihat dalam semua contoh
ii)                  Partikel kah dapat ditambahkan sebagai penekanan
                                    Contoh: Marahkah dia?
iii)                 Dengan merubah intonasi, yaitu intonasi menaik atau menurun,
                           predikat pernyataan dapat menjadi predikat pertanyaan
                                    Contoh:  Dia ke sini kemarin. (Pernyataan)
                                                  Dia kesini kemarin? (Pertanyaan)
iv)                Kata tanya seperti: apa, siapa, bagaimana, mengapa, di mana, kapan
dapat ditambahkan dan intonasi kalimat akan menurun.
          Contoh: Apa isi surat ini?    
 C. Obyek
          Unsur Obyek melengkapi kesempurnaan kalimat aktif transitif.
               Kehadiran Obyek merupakan suatu keharusan.
              1)  Obyek hanya terdapat dalam kalimat aktif transitif
                                    Contoh: Nurul menimang adik.
                                                  Dia menceritakan pengalamannya.
  2)        Obyek selalu terletak di belakang predikat dengan pola
                        subyek – predikat – obyek atau pola predikat – obyek – subyek.
                                    Contoh: Mereka mendiskusikan GBHN
                                                  Mendiskusikan GBHN mereka?
3)      Obyek tidak boleh didahului oleh kata depan atau kata penghubung kecuali  kata bahwa yang sebenarnya lebihmenunjukkan kenominalan obyek
                                     Contoh: Dia menceritakan bahwa pengalamannya selama 
                                                   setahun di tahanan lebih banyak dukanya daripada
                                                   sukanya. 
4)      Obyek ditempati oleh jenis kata benda, frasa nomina, dan klausa nomina. Obyek dalam kalimat aktif transitif dapat berubah menjadi subyek dalam kalimat pasif dengan pergantian awalan me- menjadi awalan di- pada unsur predikat.Tetapi, tidak semua kalimat pasif mempunyai obyek. Selain itu, obyek pada kalimat aktif transitif disebut obyek penderita atau yang dikenai tindakan dari unsur subyek.  Obyek yang terdapat pada kalimat pasif merupakan obyek pelaku dengan sasarannya unsur subyek.
   D. Keterangan: Keterangan (Ket. ) adalah bagian kalimat yang menerangkan    berbagai hal tentang bagian kalimat. Unsur Ket. dapat berfungsi menerangkan
               Subyek, Predikat, Obyek, dan Pelengkap. Posisinya dapat di awal, di
               tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket. adalah frasa nominal, frasa
               preposisional, adverbia, atau kausa.
               Contoh:
                            Polisi menyelidiki masalah itu dengan hati-hati.
                            Rustam sekarang sedang belajar.
                            Karena hujan, saya tidak pergi.
POLA KALIMAT DASAR
Kalimat yang paling sederhana berpola S-P, meskipun ada yang hanya berpola P. Yang paling kompleks adalah yang berpola  S-P-O-Pel-Ket.
Contoh:

1.      S-P: Saya mahasiswa.
2.      S-P-O: Rani mendapat hadiah.
3.      S-P-Pel: Beliau menjadi ketua koperasi.
4.      S-P-Ket: Kami tinggal di Jakarta.
5.      S-P-O-Pel: Dia mengirimi ibunya uang.
6.      S-P-O-Ket: Riska menyimpan uang di bank.
7.      S-P-O-Pel-Ket: Rudy membelikan anaknya boneka tadi siang.
MACAM-MACAM KALIMAT
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara(subordinatif), ataupun campuran (koordiatif-subordinatif).
A. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
1. Mahasiswa berdiskusi
    S: KB + P: KK
2. Dosen ramah
    S: KB + P: KS
3. Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
    S: KB + P: Kbil
Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan predikat (P) kata kerja (berdiskusi). Kalimat itu menjadi Mahasiswa berdiskusi
                                                                                     S               P
Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata sifat(ramah). Kalimat itu menjadi Dosen itu ramah.
                                                                           S             P
Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat kata bilangan (sepuluh ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
               S                          P
Memperluas kalimat tunggal kemungkinan diperluas menjadi dua puluh kata atau lebih. Perluasan kalimat itu, antara lain, terdiri atas:

1. keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Yogyakarta, dalam republik itu, dan sekeliling kota;
2. keterangan waktu, seperti setiap hari, pada pukul 19.00, tahun depan, kemarin   sore, dan minggu kedua bulan ini;
3.  keterangan alat seperti dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok dan garpu, dengan wesel pos, dan dengan cek;
4.  keterangan modalitas, seperti harus,barangkali, seyogyanya, sesungguhnya dan sepatutnya;
5.  keterangan cara, seperti dengan hatihati, seenaknya saja, selakas mungkin, dan dengan tergesa-gesa;
6.  keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7.  keterangan tujuan, seperti agar bahagia, supaya tertib, untuk anaknya, dan bagi kita;
8.  keterangan sebab, seperti karena tekun, sebab berkuasa, dan lantaran panik;
9.  frasa yang, seperti mahasiswa yang Ipnya 3 ke atas, para atlet yang sudah menyelesaikan latihan, dan pemimpin yang memperhatikan takyatnya; 
10. keterangan aposisi, yaitu keterangan yang sifatnya saling menggantikan, seperti penerima Kalpataru, Abdul Rozak, atau Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso.

B. Majemuk Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut.
1.     Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan.
Contoh:
Kami membaca
Mereka menulis
Kami membaca dan mereka menulis.
2.     Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pertentangan.
Contoh:
Amerika dan Jepang tergolong negara maju.
Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
3.    Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya berurutan.
4.     Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata atau jika kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
C. Kalimat Majemuk tidak Setara
kalimat majemuk tak setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan induk kalimat. Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian gagasan dengan hal-hal lain. Mari kita perhatikan kalimat di bawah ini.
 Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Anak kalimat:
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.
Induk kalimat:
Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, bahwa, dansebagainya.
D. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat).
Misalnya:
1. Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
2. Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
JENIS KALIMAT MENURUT BENTUK GAYANYA (RETORIKANYA)
Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi
tiga macam, yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-anak), (2) kalimat yang klimaks (anak-induk), dan (3) kalimat yang berimbang (setara atau campuran).
A. Kalimat yang Melepas
Jika kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh unsur tembahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut melepas. seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:
a. Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
b. Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
B. Kalimat yang Klimaks
Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak kalimatnya.
Misalnya:
a. Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
b. Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera
warga negara Prancis itu dibebaskan juga.
C. Kalimat yang Berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya :
1.     Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
2.       Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.
JENIS KALIMAT MENURUT FUNGSINYA
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatif.
A. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik).
Misalnya:
Positif                         : Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
Negatif                       : Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
B. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya:
Positif           : Mengapa dia gagal dalam ujian?
Negatif         : Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bestek yang disepakati?
C. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif                          : Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Sahluddin!
Negatif                     : Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi manusia.
D. Kalimat Seruan
Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau yang mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya:
Positif                             : Bukan main, cantiknya.
Negatif                            : Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
 
KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.
A. Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.

1.   Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
2.   Tidak terdapat subjek yang ganda
3.    Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
4.    Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

B. Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
C. Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.

1.      Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
2.      Membuat urutan kata yang bertahap
3.      Melakukan pengulangan kata (repetisi).
4.      Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
5.      Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).

D. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.

1.      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek
2.      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat  pada hiponimi kata.
3.      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
4.      Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.

E. Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.

1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.

Kalimat 1 memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat 2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
F. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.

1.      Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
2.      Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
3.      Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripadaatau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.

G. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan kalimat di bawah ini.
Kalimat tidak logis (tidak masuk akal)          : Waktu dan tempat kami persilakan.
Yang logis adalah sebagai berikut                : Bapak Menteri kami persilakan.
KALIMAT SALAH DAN KALIMAT BENAR
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
Kalimat benar
Kalimat salah
Untuk mengetahui baik atau
buruknya pribadi seseorang
dapat dilihat dari tingkah
lakunya sehari-hari.
Baik atau buruknya pribadi seseorang dapat
dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari
Semoga dimaklumi.
Semoga Bapak dapat memakluminya
Pekerjaan itu dia tidak cocok
Pekerjaan itu bagi dia tidak cocok
Perkara yang diajukan ke
meja hijau berjumlah 51 buah.
Sedangkan perkara yang telah
selesai disidang-kan
berjumlah 23 buah.
Perkara yang diajukan ke meja hijau
berjumlah 51 buah, sedangkan perkara yang
telah selesai disidangkan berjumlah 23 buah.
Halamannya sangat luas,
rumah paman saya di
Cibubur.
Halaman rumah pamas saya di Cibubur
sangat luas
Sumber
               lecturer.ukdw.ac.id/othie/PengertianKalimat.pdf
               ibahasa.blogspot.com/2008/…/kalimat-dan-unsurkalimat-bahasa.html

ALINEA

PENGERTIAN ALINEA

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi ke-3,dari terbitan Departemn Pendidikan Nasional tertera penjelasan bahwa alinea adalah bagian wacana yang mengungkapkan suatu pikiran yang lengkap atau satu tema yang dalam ragam tulis ditandai oleh baris pertama yang menjorok kedalam atau jarak spasi yang lebih.Dalam kamus tersebut alinea diartikan pula sebagai paragraf.

Bila ditelaah pengertian alinea,seperti yang tercantum dalam sumber tersebut,dapat ditarik simpulan.Simpulannya adalah alina berisi “sesuatu” dan penulisan alinea selalu dimulai dengan baris yang baru yang dimajukan atau indentation.

Menurut pengamatan penulis,ada beberapa ciri atu karakteristik alinea antara lain,sebagai berikut.

  • Setiap alinea mengandung makna,pesan,pikiran,atau ide pokok yang relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan.
  • Alinea umumnya dibangun oleh sejumlah kalimat.
  • Alinea adalah satu kesatuan ekspresi pikiran.
  • Alinea adalah kesatuan yang koheren dan padat
  • Kalimat-kalimat alinea tersusun secara logis-sistematis.

Syarat-syarat pembentukan Alinea:

1. Kesatuan: Semua kalimat yang mendukung alinea secara bersama-sama mendukung sebuah ide.

2. Koherensi: Saling berhubungan sebuah kalimat dengan kalimat lainnya yang membentuk sebuah alinea.

3. Pengembangan: Sebuah alinea memiliki pengembangan gagasan/ide dengan menggunakan kalimat pendukung.

4. Efektif: Dengan penggunaan kalimat yang efektif, maka ide akan disampaikan secara tepat.

Pola Pengembangan Alinea

a. Alinea deduktif : Kalimat utamanya terdapat pada bagian awal kalimat.
b. Alinea induktif : Kalimat utamanya terdapat pada bagian akhir kalimat.
c. Alinea campuran : Kalimat utamanya terletak di awal dan ditegaskan kembali pada bagian akhir.
d. Alinea diskriptif : Kalimat utama yang tersirat pada seluruh kalimat di paragraph tersebut.

Disetiap alinea pasti ada kalimat yang saling berhubungan dengan kalimat lainnya. Maka pada saat melakukan penulisan, kita harus memiliki dua buah kalimat penting yaitu kalimat utama dan kalimat penjelas.

-Kalimat Utama

Biasanya kalimat utama diletakkan pada awal kalimat, tetapi kalimat utama bisa diletakkan ditengah maupun diakhir kalimat. Kalimat utama adalah kalimat inti dari sebuah gagasan yang berisi sebuah pernyataan dan akan dijelaskan oleh kalimat penjelas.

-Kalimat Penjelas

Kalimat Penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan ide dari kalimat utama suatu paragraph.

MACAM-MACAM ALINEA
     Paragraf memiliki banyak ragamnya. Untuk membedakan paragraf yang satu dari paragraf yang lain berdasarkan kelompoknya,yaitu : jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya, menurut sifat isinya, menurut fungsinya dalam karangan.
1) Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya
     Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalmat topic dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagisebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapa dibedakan atas empat macam, yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, paragraf penuh kalimat topik.
A. Paragraf Deduktif
     Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraf ,yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).
Contoh paragraf deduktif :
” Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga fisik kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit.”
Contoh paragraf deduktif
” Orang yang sukses adalah orang yang mampu menangkap sebuah peluang dan memanfaatkan peluang itu untuk meraih suatu keberhasilan. Kemampuan membaca dan memanfaatkan peluang itulah yang menghantar Rahayu S. Purnami, lulusan Farmasi Universitas Padjadjaran Bandung, sampai kepada kesuksesan menjadi pengusaha salon keliling yang memberikan pelayanan “door to door”.
B. Paragraf Induktif
     Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu,barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan.
Contohnya:
” Pak Sopian memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Tetangganya, Pak Gatot, juga memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Adik Pak Gatot, Ali Bashya, malah memiliki kebun kakao yangt lebih luas daripada kakaknya, yaitu 2,5 hektar. Tahun ini merupakan tahun ketiga bagi mereka memanen kakao. Seperti mereka, dari 210 penduduk petani di Desa Sriwaylangsep, 175 kepala keluarga berkebun kakao. Maka, tidaklah heran apabila Desa Sriwaylangsep tersebut dikenal dengan Desa Kakao.
Contoh paragraf induktif .”
” Yang menyebabkan banjir di Jakarta sangat jelas disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Contohnya saja masih banyak orang-orang yang buang sampah yang tidak pada tempatnya. Selain itu masyarakat juga tidak peduli terhadap selokan di sekitarnya. Oleh sebab itu maka seharusnya pemerintah setempat harus lebih mensosialisasikan bahaya banjir kepada masyarakat. Supaya masyarakat dapat ikut serta dalam bersosialisasi terhadap bahaya banjir. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa seluruh masyarakat dan pemerintah setempat harus menggalakan supaya Jakarta bebas banjir dengan cara membuang sampah pada tempatnya dan membersihkan selokan di sekitarnya.”
C. Paragraf Deduktif-Induktif
     Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.
” Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang kuat,murah, dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan gunung beapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah. Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat, murah dan sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat.”
D. Paragraf penuh kalimat topik
     Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.
Contoh paragraf penuh kalimat topik :
” Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan udara yang sejuk dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara ayam berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat indah. Kuhirup udara pagi yang segar sepuas-puasku.”
2) Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
     Isi sebuah paragraf dapat bermacam-macam bergantung pada maksud penulisannya dan tuntutan korteks serta sifat informasi yang akan disampaikan.Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga.
Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam,yaitu:
o Paragraf Persuasif : adalah isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Paragraf persuasif banyak dipakai dalam penulisan iklan,terutama majalah dan Koran . Sedangkan paragraf argumentasi, deskripsi, daneksposisi umumnya dipakai dalam karangan ilmiah seperti buku,skripsi makalah dan laporan. Paragraf naratif sering dipakai untuk karangan fiksi seperti cerpen dan novel.
Contoh : “Marilah kita membuang sampah pada tempatnya, agar lingkungan kita bebas dari banjir dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh sampah – sampah yang di buang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, perlu kesadaran pada diri kita masing – masing untuk membuang sampah pada tempatnya.
o Paragraf argumentasi : adalah isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti_bukti alasan yang mendukung.
Contoh : “Menurut Ketua panitia, Derrys Saputra, mujur merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh HMTK untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru. Bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan kepengurusan MHTK periode 2008 – 2009, maka sebagai penggantinya dilakukan mujur untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru untuk masa kepengurusan 2009 – 20010.”
o Paragraf naratif : adalah isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk data atau cerita.
Contoh : “ Pada game pertama, Kido yang bermain dengan lutut kiri dibebat mendapat perlawanan ketat Chai/Liu hingga skor imbang 16 – 16. pada posisi ini, Kido/Hendra yang lebih berpengalaman dalam berbagai kejuaraan memperlihatkan keunggulan mereka.”
o Paragraf deskritif : adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.
Contoh : “Kini hadir mesin cuci dengan desain bunga chrysant yang terdiri dari beberapa pilihan warna, yaitu pink elegan dan dark red untuk ukuran tabung 15 kg. Disamping itu, mesin cuci dengan bukaan atas ini juga sudah dilengkapi dengan LED display dan tombol-tombol yang dapat memudahkan penggunaan. Adanya fitur I-sensor juga akan memudahkan proses mencuci”.
o Paragraf eksposisi : adalah paragraf yang memaparkan sesuatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu.
Contoh :“Rachmat Djoko Pradopo lahir 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah. Tamat SD dan SMP (1955) di Klaten, SMA II (1958) di Yogyakarta. Masuk Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadkah Mada, tamat Sarjana Sastra tahun 1965. pada tahun 1978 Rachmat mengikuti penataran sastra yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Jakarta bersama ILDEP dan terpilih untuk melanjutkan studi di Pascasarjana Rijkuniversiteit Leiden, Nederland, tahun 1980 – 1981, di bawah bimbingan Prof. Dr. A. Teeuw”.
3) Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan
     Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:
1) Paragraf Pembuka
     Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan .
Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:
1. menghantar pokok pembicaraan
2. menarik minat pembaca
3. menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.
     Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan paragraf pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka,yaitu:
1. kutipan, peribahasa, anekdot
2. pentingnya pokok pembicaraan
3. pendapat atau pernyataan seseorang
4. uraian tentang pengalaman pribadi
5. uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
6. sebuah pertanyaan.
2) Paragraf Pengembang
     Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:
1.mengemukakan inti persoalan
2. memberikan ilustrasi
3. menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
4. meringkas paragraf sebelumnya
5. mempersiapkan dasar bagi simpulan.
3)Paragraf Penutup
     Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :
1. sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlslu psnjsng
2. isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
3. sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya
 
SYARAT-SYARAT ALINEA
1. Kesatuan paragraf
Contoh yang jelas kesatuannya.
Setiap orang dilahirkan dan dibesarkan di dalam lingkungan keluarga. Tidak seorang pun yang tidak mengalami kehidupan seperti itu dalam keluarga. Pemeliharaan dan pembinaan seorang anak adalah perwujudan cinta kasih orang tua. Secara alamiah, orang tua mempunyai rasa cinta terhadap anak. Bagaimanapun keadaannya, orang tua tetap akan memelihara anaknya dengan penuh kasih sayang.Yang tidak jelas kesatuannya:
(1) Seminggu yang lalu dipenuhi hari-hari pertarungan tidak hanya di medan pertempuran Iran-Irak tetapi juga di meja perundingan ekonomi internasional. (2) Dollar AS terus menyerang menyudut Yen Jepang dan Mark Jerman Barat. (3 ) AS sudah lama bekerjasama dengan Jerman Barat mengenai penempatan rudal-rudal berjarak sedang itu di beberapa kota di Jerman Barat. (4) Tetapi AS belum tentu akan menang, sementara korban yang menderita diperkirakan tidak hanya ekonomi Jepang dan Jerman Barat.

2. Koherensi
Maksudnya : keserasian hubungan timbal-balik antar kalimat dalam sebuah paragraf. Paragraf di bawah ini paragraf tanpa koherensi.
Besarnya dana untuk membangun AL yang dikeluarkan pemerintah Federal dalam periode tersebut dimaksudkan untuk mendukung politik luar negeri AS dalam periode yang sama, yaitu:
1. untuk menjamin dana memperluas ruang lingkup Doktrin Monroe terutama untuk wilayah Karibia,
2. untuk memperoleh wilayah Terusan Panama,
3. untuk menjamin “Politik Pintu Terbuka” terhadap Cina dan meningkatkan kepentingan AS di Timur Jauh, dan
4. untuk membantu memelihara keseimbangan kekuatan Eropa.

Kesatuan dalam paragraf itu, dibentuk tanpa koherensi tetapi melalui rincian gagasan utama,“dana dimaksudkan sebagai pendukung politik luar negeri AS”.

Kesatuan paragraf yang memerlukan koherensi itu dapat diperhatikan melalui hal-hal berikut:
a. Pengulangan (Repetisi)
Contoh :
Secara kultural kita terlihat dalam suatu situasi transformasi yang besar, pesat, dan menyeluruh. Besar karena ia terjadi secara serentak di hampir segala penjuru dunia, pesat karena ia terjadi dalam tempo yang kadang-kadang tak terkendali, menyeluruh karena ia menyangkut segala bidang kehidupan, pengetahuan, ekonomi, teknologi, politik, bahasa, kesenian, dan religi. Transformasi itu adalah transformasi kultural karena manusia adalah awal dan tujuan serta sebab dan penderita dari situasi itu. Kata- kata transformasi, besar, pesat, dan menyeluruh disengaja pengulangannya guna penekanan gagasan pada kata-kata yang diulang tersebut.

b. Penggunaan kata ganti
Contoh :
Dengan penuh kepuasan Pak Marto mendatangi hamparan padi yang tumbuh dengan subur. Jerih payahnya tidak sia-sia. Beberapa bulan lagi ia akan memetik hasilnya. Sudah terbayang di matanya orang sibuk memotong, memanggul padi berkarung-karung, dan menimbunnya di dalam rumah. Tentu anaknya, Suni dan calon menantunya, Acep , akan ikut bergembira. Hasil panen yang berlimpah ittentu dapat menghantarkan mereka ke mahligai perkawinan.

c. Penggunaan Kata Penghubung
Penggunaan kata penghubung koherensi paragraf dilakukan penulis apabila :
1. kesulitan dalam menggunakan repetisi dan kata ganti,
2. paragraf itu tidak menekankan gagasan tetapi lebih bersifat memperjelas,
3. menjaga kesatuan paragraf dan juga memperhatikan kesinambungan dengan paragraf selanjutnya, dan
4. upaya penulis mengarahkan gagasan pada keterangan yang menyatakan hubungan tambahan, hubungan pertentangan, hubungan perbandingan, hubungan sebab, hubungan singkatan, hubungan tujuan, hubungan waktu, dan hubungan tempat.

Contoh :
Praktek menyampaikan gugatan jarang terjadi karena akan banyak memerlukan tenaga hakim. Oleh karena itu, rencana pemerintah melipatgandakan hakim baru akan banyak membantu mereka yang tidak mampu secara ekonomis di dalam pengadilan. Dengan demikian, kecenderungan masyarakat untuk berpendapat bahwa hukum hanya untuk orang kaya saja akan berkurang.

Pada contoh paragraf di atas kata penghubung yang digunakan adalah frase penghubung oleh karena itu, dan dengan demikian, sehingga cenderung menunjukkan hubungan sebab ( kausal ).

                     fusliyanto.wordpress.com/kumpulan-materi-bahasa-indonesia-3

Bussiness Letter

Part Of Bussiness Latter

  • The Heading (The Retern Address) or Letterhead – Companies usually use printed paper where heading or letterhead is specially designed at the top of the sheet. It bears all the necessary information about the organisation’s identity.
  • Date – Date of writing. The month should be fully spelled out and the year written with all four digits October 12, 2005
    (12 October 2005 – UK style). The date is aligned with the return address. The number of the date is pronounced as an ordinal figure, though the endings st, nd, rd, th, are often omitted in writing. The article before the number of the day is pronounced but not written. In the body of the letter, however, the article is written when the name of the month is not mentioned with the day.
  • The Inside Address – In a business or formal letter you should give the address of the recipient after your own address. Include the recipient’s name, company, address and postal code. Add job title if appropriate. Separate the recipient’s name and title with a comma. Double check that you have the correct spelling of the recipient ‘s name.
  • The Greeting – Also called the salutation. The type of salutation depends on your relationship with the recipient. It normally begins with the word “Dear” and always includes the person’s last name. Use every resource possible to address your letter to an actual person. If you do not know the name or the sex of of your reciever address it to Dear Madam/Sir (or Dear Sales Manager or Dear Human Resources Director). As a general rule the greeting in a business letter ends in a colon (US style). It is also acceptable to use a comma (UK style).
  • The Subject Line (optional) – Its inclusion can help the recipient in dealing successfully with the aims of your letter. Normally the subject sentence is preceded with the word Subject: or Re: Subject line may be emphasized by underlining, using bold font, or all captial letters. It is usually placed one line below the greeting but alternatively can be located directly after the “inside address,” before the “greeting.”
  • The Body Paragraphs – The body is where you explain why you’re writing. It’s the main part of the business letter. Make sure the receiver knows who you are and why you are writing but try to avoid starting with “I”. Use a new paragraph when you wish to introduce a new idea or element into your letter. Depending on the letter style you choose, paragraphs may be indented. Regardless of format, skip a line between paragraphs.
  • The Complimentary Close – This short, polite closing ends always with a comma. It is either at the left margin or its left edge is in the center, depending on the Business Letter Style that you use. It begins at the same column the heading does. The traditional rule of etiquette in Britain is that a formal letter starting “Dear Sir or Madam” must end “Yours faithfully”, while a letter starting “Dear ” must end “Yours sincerely”. (Note: the second word of the closing is NOT capitalized)
  • Signature and Writer’s identification – The signature is the last part of the letter. You should sign your first and last names. The signature line may include a second line for a title, if appropriate. The signature should start directly above the first letter of the signature line in the space between the close and the signature line. Use blue or black ink.
  • Initials, Enclosures, Copies – Initials are to be included if someone other than the writer types the letter. If you include other material in the letter, put ‘Enclosure’, ‘Enc.’, or ‘ Encs. ‘, as appropriate, two lines below the last entry. cc means a copy or copies are sent to someone else.
  • Carbon copy notation It indicates names of the persons who are receiving the carbon copy’s (CC) or photo copy’s (Pc) of the letter.

 

American Style British Style
Heading According to the format but
usually aligned to the left
The heading is usually placed
in the top right corner of the letter
(sometimes centred)
Date October 19, 2005 (month-day-year)
According to the format but usually
aligned to the left
(two lines below the heading)
19 October 2005 (day-month-year)
Usually placed directly (or 1 blank line)
below the heading.
Salutation Dear Mr./Ms. Smith:
Dear Sir or Madam:
Gentlemen:
After the salutation there is a colon (:)
Dear Mr./Ms. Smith,
Dear Sir or Madam,
Dear Sirs,
After the salutation there is a comma (,)
Complimentary close Sincerely,
Sincerely yours,
Yours truly,
Sincerely,
Yours sincerely,
Yours faithfully,

 

contoh proposal penulisan ilmiah

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, kebutuhan
akan efektifitas  dan  efisiensi  sangat  diutamakan  dalam  berbagi  bidang.
Hal  tersebut telah mendorong manusia untuk berkreasi dan berinovasi dalam
bidang teknologi untuk menciptakan suatu alat yang lebih efektif dan efisien.

Perkembangan teknologi saat ini dapat dilihat sudah banyak alat yang
diciptakan  supaya memberikan  kemudahan  pada  masyarakat  dalam
melaksanakan  pekerjaan.  Contohnya  untuk  membuka  dan  menutup  pintu
yang  ukurannya  besar  jika  dilakukan  secara manual maka  akan memakan
waktu dan  tenaga  yang banyak. Dalam hal  ini akan dibuat alat  yang dapat
digunakan agar pintu dapat membuka dan menutup sendiri secara otomatis.

Penggunaan  sensor  Passive  Infra  Red     (PIR)   sebagai sensor  dengan

mikrokontroler  ATMega 8535  sebagai  pemroses  dan motor dc  sebagai penggerak  dalam  aplikasi  sistem  pintu  otomatis, aplikasi  ini mampu membuka dan menutup pintu secara otomatis.

Berdasarkan   masalah   tersebut   penulis   mengambil   sebuah   judul

“  PEMBUATAN  PROTOTIPE  PINTU  OTOMATIS  SATU  ARAH BERBASIS  MIKROKONTROLER  ATMega  8535  MENGGUNAKAN DOUBLE IR ”.

 

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan  latar belakang masalah dapat diperoleh rumusan masalah yaitu, adalah bagaimana cara membuat aplikasi pintu otomatis satu arah berbasis mikrokontroler ATMega 8535 menggunakan double IR.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

xii

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.3 BATASAN MASALAH

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah :

1.  Prototipe pintu otomatis hanya berlaku untuk satu arah saja.

2.  Untuk membuka dan menutup pintu dapat dilakukan oleh satu orang
atau beberapa orang secara bersamaan.

3.  Pintu dapat terbuka setelah sensor pertama aktif kemudian bisa tertutup
kembali setelah sensor kedua aktif.

 

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah dapat membuat prototipe pintu
otomatis   satu   arah   berbasis   mikrokontroler   ATMega 8535

menggunakan double IR.

 

 

1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari tugas akhir pembuatan prototipe pintu otomatis satu arah berbasis mikrokontroler ATMega 8535 menggunakan double IR adalah sebagai berikut :

1.  Bagi Penulis :

a.  Untuk   menerapkan   ilmu   dan   teori   yang   diperoleh   selama
perkuliahan.

b.  Agar lebih mengerti tentang sistem prototipe pintu otomatis satu
arah berbasis mikrokontroler ATMega 8535 menggunakan double
IR

2.  Bagi Masyarakat :

Diharapkan dapat bermanfaat untuk dikembangkan menjadi alat yang sesungguhnya. Sebagai contoh untuk pintu supermarket.

 

 

 

 

 

 

 

xiii

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.  Bagi Mahasiswa dan Pembaca :

Dapat menjadi referensi bacaan dan informasi khususnya bagi para mahasiswa Teknik Komputer yang sedang menyusun Tugas Akhir dengan pokok permasalahan yang sama.

 

1.5 METODOLOGI PENELITIAN

Dalam pembuatan dan peyusunan tugas akhir ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

a. Metode Literatur

Metode ini merupakan metode pengumpulan data dan referensi baik dari media   cetak   maupun   media   elektornik   yang   menunjang   dalam penyusunan dan pembuatan tugas akhir ini.

b. Metode Observasi

Metode   ini   merupakan   metode   pengumpulan   data   dengan   cara pengamatan terhadap alat yang akan dibuat.

 

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan laporan tugas akhir sebagai berikut:

1.                     BAB I     PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan  masalah,  tujuan  dan  manfaat  penelitian,  metode penelitian dan sistematika laporan.

2.                     BAB II    LANDASAN TEORI

Bab ini memuat tentang  referensi penunjang yang menjelaskan tentang fungsi dari perangkat-perangkat yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir ini. Dalam hal  ini perangkat  yang digunakan adalah mikrokontroler ATMega 8535, sensor PIR, motor DC dan komponen pendukung lainnya.

3.                     BAB III   ANALISA DAN PERANCANGAN

Bab ini memuat tentang penjelasan mengenai perancangan dari perangkat yang akan dibuat.

 

 

 

xiv

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.                     BAB IV   HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat tentang hasil pengujian dari perangkat yang dibuat beserta pembahasannya.

5.                     BAB V    PENUTUP

Bab ini memuat tentang kesimpulan dan saran dari pembuatan tugas akhir ini .

DATA

DATA
PENGERTIAN DATA

Data merupakan salah satu hal utama yang dikaji dalam masalah TIK. Penggunaan danpemanfaatan data sudah mencakup banyak aspek. Berikut adalah pembahasan definisi databerdasarkan berbagai sumber.Data menggambarkan sebuah representasi fakta yang tersusun secara terstruktur, dengankata lain bahwa Generally, data represent a structured codification of single primaryentities, as well as of transactions involving two or more primary entities (Vercellis). Selaindeskripsi dari sebuah fakta, data dapat pula merepresentasikan suatu objek sebagaimanadikemukakan oleh Wawan dan Munir (2006: 1) bahwa Data adalah nilai yangmerepresentasikan deskripsi dari suatu objek atau kejadian (event).
Dengan demikian dapat dijelaskan kembali bahwa data merupakan suatu objek, kejadian,atau fakta yang terdokumentasikan dengan memiliki kodifikasi terstruktur untuk suatu ataubeberapa entitas.Setelah kita mengerti akan pengertian tentang data maka dari hasil data tersebut akamenghasilkan informasi. Informasi merupakan sesuatu yang dihasilkan dari pengolahandata. Data yang sudah ada dikemas dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah informasi yang berguna. Berikut adalah definisi informasi berdasarkan berbagai sumber.
Informasi merupakan suatu hasil dari pemrosesan data menjadi sesuatu yang bermaknabagi yang menerimanya, sebagaimana dikemukakan oleh Vercellis (2009: 7) Information isthe outcome of extraction and processing activities carried out on data, and it appearsmeaningful for those who receive it in a specific domain . Selain merupakan hasil daripengolahan data, informasi juga menggambarkan sebuah kejadian, sebagaimanadikemukakan oleh Wawan dan Munir (2006: 1) bahwa Informasi merupakan hasil daripengolahan data dalam suatu bentuk yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian (event)yang nyata (fact) dengan lebih berguna dan lebih berarti .
Dengan demikian informasi dapat dijelaskan kembali sebagai sesuatu yang dihasilkan daripengolahan data menjadi lebih mudah dimengerti dan bermakna yang menggambarkansuatu kejadian dan fakta yang ada.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data bisa dibedakan dengan beberapa hal, seperti:

1. Berdasarkan Setting (Setting Alamiah, Labortorium dengan melalui eksperimen, di rumah dengan mewawancarai responden, seminar, dan lain-lain)
2. Berdasarkan sumber data: (Sumber Primer : Sumber yang langsung memberikan data dan Sumber Sekunder : Sumber yang tidak langsung memberikan data).
3. Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data dibagi lagi menjadi: Observasi, Wawancara, Dokumentasi dan Triangulasi/Gabungan

Pengumpulan Data dengan Observasi

1) Macam-macam Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Marshall dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.
Sanapiah Faisal dalam Sugiyono (2006) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructed observation). Selanjutnya Spradley, dalam Susan Stainback (1988) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu pasive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation.
a) Observasi partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Susan Stainback dalam Sugiyono (2006) menyatakan “In participant observation, the researcher observes what people do, listent to what they say, and participates in their activities” Dalam obeservasi paarticipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.

Observasi ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi yang lengkap.

* Partisipasi pasif : peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
* Partisipasi moderat : terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar.
* Partisipasi aktif : peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.
* Partisipasi lengkap : peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data.

b) Observasi terus terang atau tersamar
Peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
c) Observasi tak terstruktur

Observasi tidak terstuktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Peneliti akan melakukan penelitian pada suku terasing yang belum dikenalnya, maka peneliti akan melakukan observasi tidak terstruktur.

2) Manfaat Observasi

Menurut Patton dalam Nasution yang dikutip Sugiyono (2006), dinyatakan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut :

a) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial. Jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

b) Dengan observasi maka akan diperoleh pangalaman langsung sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengarugi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

c) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa’ dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.

d) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan diungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

e) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

f) Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana/ situasi sosial yang teliti.

3) Obyek Observasi

Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut spradley dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), activities (aktivitas).

Place, atau tempat di mana interkasi dalam situasi sosial sedang berlangsung

Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu Avtiviti, atau kegiatan yan dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.

4) Tahapan Observasi

Menurut Spradley dalam Sugiyono (2006) tahapan observasi ada tiga yaitu :

1) observasi deskriptif
2) observasi terfokus
3) observasi terseleksi
a) Observasi deskriptif
Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai obyek penelitian. Penelitian menghasilkan kesimpulan pertama. Peneliti melakukan analisis domain, sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui.
b) Observasi terfokus
Peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus, peneliti selanjutnya menghasilkan kesimpulan-kesimpulan.
c) Observasi terseleksi
Peneliti telah menemukan karakteristik kontras-kontras atau perbedaan dan kesamaan antarkategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain.

b. Pengumpulan data dengan wawancara/interview
Esterberg dalam Sugiyono (2006) mendefinisikan interview sebagai berikut. ‘ a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses. Resulting in communication and joint construction of meaning abaut a particular topic”. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Susan stainback dalam Sugiyono (2006) mengemukakan bahwa : interviewing provide the researcher a means to gain a deeper undersuntding of how the participant interpret a situation of phenomenon than can be gained through observationalon. Jadi dengan wawancara, maka peneliti mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Selanjutnya Esterberg dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa “interviewing is at the heart of social researct. If you look through almost any sociological journal. You will find that much social research is based on interview, either standardized or more in-depth”. Interview merupakan hatinya penelitian sosial. Bila Anda lihat dalam ilmu sosial, maka akan Anda temui semua karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan di mana harus melakukan wawancara. Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Oleh karena itu peneliti jangan memberi pertanyaan yang bisa.

1) macam-macam interview/wawancara

Esterberg dalam Sugiyono (2006) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu:

a) wawancara terstruktur
b) wawancara semiterstruktur
c) wawancara takberstruktur

2) langkah-langkah wawancara

Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal dalam Sugiyono (2006), mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
a)Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
b) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
c)Mengawali atau membuka alur wawancara
d) Melangsungkan alur wawancara
e) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
f) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
g) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh

3) Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara
Patton dan Molleong dalam Sugiyono (2006) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan, yaitu:
a) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
b) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat
c) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
d) Pertanyaan tentang pengetahuan
e) Pertanyaan yang berkenaan dengan indera
f) Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi

Selanjutnya Guba dan Lincoln dalam Molleong dalam Sugiyono (2006) mengkalsifikasikan jenis-jenis pertanyaan untuk wawancara sebagai berikut:

a) Pertanyaan hipotesis
b) Pertanyaan yang mempersoalkan sesuatu yang ideal dan informan diminta
untuk memberikan respon
c) Pertanyaan yang menantang informan untuk memberikan hipotesis alternative
d) Pertanyaan interpretative
e) Pertanyaan yang memberikan saran
f) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alas an
g) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu argumentasi
h) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alas an
i) Pertanyaan untuk mengungkap sumber
j) Pertanyaan yang mengungkapkan kepercayaan terhadap sesuatu
k) Pertanyaan yang mengarahkan

Spradley dalam Sugiyono (2006) menggolongkan jenis-jenis pertanyaan menjadi tiga, yaitu: pertanyaan deskriptif, pertanyaan struktural, dan pertanyaan kontras.
4) Alat-alat wawancara

Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, diperlukan alat-alat sebagai berikut:
a) buku catatan
b) tape recorder
c) camera

5) Mencatat hasil wawancara
Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa atau bahkan hilang.
JENIS –JENIS DATA

Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion – FGD) dan penyebaran kuesioner.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.

Pemahaman terhadap kedua jenis data di atas diperlukan sebagai landasan dalam menentukan teknik serta langkah-langkah pengumpulan data penelitian.

PENGERTIAN VARIABEL

Dalam bahasa sehari-hari, variabel penelitian sering diartikan sebagai ”faktor-faktor yang dikaji dalam penelitian”. Menurut konsep aslinya yang dimaksud variabel adalah konsep yang memiliki keragaman nilai. Meskipun demikian pemahaman yang mengartikan variabel sebagai faktor-faktor yang akan dikaji dalam penelitian juga dapat diterima mengingat bahwa kegiatan penelitian memang terpusat pada upaya memahami, mengukur, dan menilai keterkaitan antar variabel-variabel tersebut. Tentang hal ini perlu diperhatikan bahwa variabel penelitian bukanlah dikembangkan atau dirumuskan berdasarkan angan-angan atau intuisi peneliti, tetapi harus ditetapkan berdasarkan kajian pustaka. Itu juga berlaku pada penelitian Grounded maupun Penelitian Partisipatif.

Bedanya adalah dalam penelitian pada umumnya variabel lebih mengacu pada teori dan atau hasil-hasil penelitian yang telah biasa dilakukan tentang Topik atau Judul yang sama. Sedang dalam penelitian Grounded dan Partisipatif lebih mengacu pada data/fakta penagalaman empiris baik yang dilakukan oleh praktisi maupun para peneliti setempat.

MACAM – MACAM VARIABEL

Menurut Sugiyono (2009) hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :

(1) Variabel Independen : variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

(2) Variabel Dependen : sering disebut sebagai variabel output, criteria, konsekuen. Dalam bahasan Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
(3) Variabel Moderator : adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independent dengan dependen. Variabel ini disebut juga sebagai variabel independent kedua. Hubungan perilaku suami dan istri akan semakin baik (kuat) kalau mempenyai anak, dan akan semakin renggang kalau ada pihak ketiga ikut mencampuri. Di sini anak adalah variabel moderator yang memperkuat hubungan dan pihak ketiga adalah sebagai variabel moderator yang memperlemah hubungan. Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan guru dalam menciptakan iklim belajar sangat baik dan hubungan semakin rendah bila peranan guru kurang baik dalam menciptakan iklim belajar.

(4) Variabel Intervening : Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak diantara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.

(5) Variabel Kontrol : adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independent terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel Kontrol sering digunakan oleh peneliti bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan melalui penelitian eksperimen. Untuk dapat menentukan kedudukan variabel independen, dependen, moderator, intervening atau variabel yang lain, hrus dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis yang mendasari maupun hasil dari pengamatan empiris di tempat penelitian.Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti, maka terlebih dahulu perlu melakukan kajian teoritis dan melakukan studi pendahuluan pada objek yang diteliti.

SUMBER :

DEFINISI VARIABEL DAN PENGUKURANNYA


http://csuryana.wordpress.com/2010/03/25/data-dan-jenis-data-penelitian/
http://raveltglory.blogspot.com/2011/11/teknik-pengumpulan-data.html
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2177038-macam-macam-variabel-penelitian/

karakteristik dan langkah-langkah metode ilmiah

Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia.  Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regrasi.

Umumnya ada empat karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :

1.    Sistematik.

Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.

2.   Logis.

Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.

3.   Empirik.

Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :

a.   Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain)

b.   Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu

c.   Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat)

4.   Replikatif.

Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.

Langkah – Langkah Metode Ilmiah :

  • Menyusun Rumusan Masalah
  • Menyusun Kerangka Teori
  • Merumuskan Teori
  • Melakukan Eksperimen
  • Mengolah dan Menganalisis Data
  • Menarik Kesimpulan
  • Mempublikasikan Hasil

MENYUSUN RUMUSAN MASALAH
Hal-hal yang harus diperhatikan:

  • Masalah menyatakan adanya keterkaitan antara beberapa variabel atau lebih.
  • Masalah tersebut merupakan masalah yang dapat diuji dan dapat dipecahkan.
  • Masalah disusun dalam bentuk pertanyaan yang singkat, padat dan jelas.

 

MENYUSUN KERANGKA TEORI
Mengumpulkan keterangan-keterangan dan informasi, baik secara teori maupun data-data fakta di lapangan.
Dari keterangan-keterangan dan informasi tersebut diperoleh penjelasan sementara terhadap permasalahan yang terjadi.

 

 

PENARIKAN HIPOTESIS

Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu permasalahan. Penyusunan hipotesis dapat berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Dalam penelitian, setiap orang berhak menyusun Hipotesis.

PENGUJIAN HIPOTESIS

Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara menganalisis data. Data dapat diperoleh dengan berbagai cara, salah satunya melalui percobaan atau eksperimen. Percobaan yang dilakukan akan menghasilkan data berupa angka untuk memudahkan dalam penarikan kesimpulan.

Pengujian hipotesis juga berarti mengumpulkan bukti-bukti yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat bukti-bukti yang mendukung hipotesis.


PENARIKAN KESIMPULAN

Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.

Hipotesis yang diterima dianggap sebagai bagian dari pengetahuan ilmiah, sebab telah memenuhi petrsyaratan keilmuan. Syarat keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebanarannya.

 

Sumber :

–          http://alphaomega86.tripod.com/metode_ilmiah.html

–          www.anneahira.com/langkah-langkah-metodeilmiah.html

ciri-ciri,macam-macam dan sifat karya ilmiah

1.  Ciri – cirri Karya Ilmiah
Dalam karya ilmiah ada 4 aspek yang menjadi karakteristik utamanya, yaitu :
a. struktur sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

b. komponen dan substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

c. , sikap penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.

d. penggunaan bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Ciri-ciri lain Karangan ilmiah
Selain ciri-ciri diatas karangan ilmiah juga mempunyai ciri-ciri, antara lain:

  1. Kejelasan. Artinya semua yang dikemukakan tidak samar-samar, pengungkapan maksudnya tepat dan jernih.
  2. Kelogisan. Artinya keterangan yang dikemukakan masuk akal.
  3. Kelugasan. Artinya pembicaraan langsung pada hal yang pokok.
  4. Keobjektifan. Artinya semua keterangan benar-benar aktual, apa adanya.
  5. Keseksamaan. Artinya berusaha untuk menghindari diri dari kesalahan atau kehilafan betapapun kecilnya.
  6. Kesistematisan. Artinya semua yang dikemukakan disusun menurut urutan yang memperlihatkan kesinambungan.
  7. Ketuntasan. Artinya segi masalah dikupas secara mendalam dan selengkap-lengkapnya.

 

2. Jenis – jenis Karya Ilmiah
Adapun jenis – jenis karya ilmiah, yaitu :
a. Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.

b. Tesis
Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam menggunakan istilah tehnis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai bibliografi. Artinya, kemampuan mandiri —sekalipun dipandu dosen pembimbing— menjadi hal sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama dengan skripsi, tesis lebih dalam, tajam, dan dilakukan mandiri.

c. Disertasi
Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam

3.  Sikap Ilmiah
Dalam penulisan karya ilmiah ada 7 sikap ilmiah yang merupakan sikap yang harus ada. Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
b. Sikap kritis. Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
c. Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
d.Sikap objektif. Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
e. Sikap rela menghargai karya orang lain. Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
f. Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.
g. Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.

Sumber: http://id.shvoong.com/how-to/writing/2222452-pengertian-ciri-dan-syarat-karya/#ixzz1sakiXX90

             

PENALARAN

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.

Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.

Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.

• Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.

• Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

Macam macam penalaran

A. Penalaran Induktif,
yaitu adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.
Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran Induktif:
Di dalam penalaran induktif terdapat tiga bentuk penalaran induktif, yaitu generalisasi, analogi dan hubungan kausal.

1. Generalisasi
Proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.

Contoh generalisasi :
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

2. Analogi
Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh analogi :
Nina adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik

3. Hubungan Kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam hubungan kausal :

a. Sebab- akibat.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.

b. Akibat – Sebab.
Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.

c. Akibat – Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.

B. Penalaran Deduktif,
Penalaran deduktif yaitu adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan.

Contoh klasik dari penalaran deduktif, yang diberikan oleh Aristoteles, ialah
* Semua manusia fana (pasti akan mati). (premis mayor)
* Sokrates adalah manusia. (premis minor)
* Sokrates pasti (akan) mati. (kesimpulan)

Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran Deduktif:
Di dalam penalaran deduktif terdapat entimen macam silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif dan silogisme entimen.

1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:

Premis umum : Premis Mayor (My)

Premis khusus remis Minor (Mn)

Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan
predikat simpulan disebut term minor.

Contoh:
Contoh silogisme Kategorial:
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA

2. Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.

3. Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

4. Silogisme Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

Contoh:
– Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
– Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya. namun silogisme kategorial dapat dibedakan menjadi dua saja, yaitu silogisme kategorial dan silogisme tersusun. Dimana silogisme tersusun terbagi lagi menjadi tiga kategorial yaitu:

a. Epikherema
Epikherema adalah jabaran dari silogisme kategorial yang diperluas dengan jalan memperluas salah satu premisnya atau keduanya. Cara yang biasa digunakan adalah dengan menambahkan keterangan sebab: penjelasan sebab terjadinya, keterangan waktu, maupun poembuktian keberadaannya.

Contoh:
Semua pahlawan bersifat mulia sebab mereka selalu memperjuangkan hak miliki bersama dengan menomorduakan kepentingan pribadinya. Sultan Mahmud Badaruddin adalah pahlawan. Jadi, Sultan Mahmud Badaruddin itu mulia.

b. Entimem
Silogisme ini merupakan jenis silogisme yang sama dengan pada penjelasan di atas.

c. Sorites.
Silogisme tipe ini sangat cocok untuk bentuk-bentuk tulisan atau pembicaraan yang bernuansa persuasif. Silogisme tipe ini didukung oleh lebih dari tiga premis, bergantung pada topik yang dikemukakan serta arah pembahasan yang dihubung-hubungkan demikian rupa sehingga predikat premis pertama menjadi subyek premis kedua, predikat premis kedua menjadi subyek pada premis ketiga, predikat premis kedua menjadi subyek pada premis keempat, dan seterusnya, hingga akhirnya sampailah pada kesimpulan yang diambil dari subyek premis pertama dan predikat premis terakhir.

 Sumber :

http://raveltglory.blogspot.com/2011/10/macam-macam-penalaran.html

dimasmandala.wordpress.com/2012/03/10/penalaran/


KONVENSI NASKAH DAN PENULISAN ILMIAH

KONVENSI NASKAH ( Kebiasaan Yang Ada Pada Naskah)

 

1. Pendahuluan

Pengembangan tema sebuah karangan tergantung dari kerangka karangan yang telah digarap sebelumnya, beserta perincian-perinciannya yang dilakukan kemudian. Perincian dalam kerangka karangan dapat diarahkan kepada pembentukan bab-bab dan anak-anak bab, sedangkan perincian-perincian yang dilakukan kemudian diarahkan kepada penetapan pokok-pokok utama dan pokok-pokok bawahan yang akan menjadi inti atau gagasan utama alinea-alinea.

Persyaratan formal yang harus dipenuhi sebuah karya menyangkut tiga bagian utama, yaitu : bagian pelengkap pendahuluan, isi karangan, dan bagian pelengkap penutup.

1. Bagian Pelengkap Pendahuluan

Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Bagian pelengkap pendahuluan terdiri dari :

· Judul pendahuluan

· Halaman pengesahan

· Halaman judul

· Halaman persembahan

· Kata pengantar

· Daftar isi

· Gambar, tabel, keterangan

2. Bagian Isi karangan

Bagian isi karangan sebenarnya merupakan inti dari karangan atau buku; atau secara singkat dapat dikatakan karangan atau buku itu sendiri. Bagian isi karangan biasanya terdiri dari :

· Pendahuluan

· Tubuh karangan

· Kesimpulan

 

 

3. Bagian Pelengkap Penutup

Bagian pelengkap penutup juga merupakan syarat-syarat formal bagi suatu karangan ilmiah. Ada bebarapa bagian yang biasanya dimasukkan dalam bagian pelengkap penutup karangan yaitu : lampiran, bibliografi, dan daftar indeks.

 Image

Pengertian Penulisan Ilmiah

Pengertian Penulisan ilmiah
Penulisan ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu masalah. Penulisan ilmiah juga merupakan uraian atau laporan tentang kegiatan, temuan atau informasi yang berasal dari data primer dan / atau sekunder, serta disajikan untuk tujuan dan sasaran tertentu. Informasi yang berasal dari data primer yaitu didapatkan dan dikumpulkan langsung dan belum diolah dari sumbernya seperti tes, kuisioner, wawancara, pengamatan / observasi. Informasi tersebut dapat juga berasal dari data sekunder yaitu telah dikumpulkan dan diolah oleh orang lain, seperti melalui dokumen (laporan), hasil penalitian, jurnal, majalah maupun buku. Penyusunan penulisan dimaksudkan untuk menyebarkan hasil tulisan dengan tujuan tertentu yang khusus, sehingga dapat dimanfaatkan oleh orang lain yang tidak terlibat dalam kegiatan penulisan tersebut. Sasaran penulisan yang dimaksud adalah untuk masyarakat tertentu seperti ilmuwan, masyarakat luas baik perorangan maupun kelompok dan pemerintah atau lembaga tertentu.
            Tujuan Penulisan Ilmiah adalah memberikan pemahaman agar dapat berpikir secara logis dan ilmiah dalam menguraikan dan membahas suatu permasalahan serta dapat menuangkannya secara sistematis dan terstruktur.

Isi dari Penulisan ilmiah diharapkan memenuhi aspek-aspek di bawah ini :
1.Relevan dengan situasi dan kondisi yang ada.
2.Mempunyai pokok permasalahan yang jelas.
3.Masalah dibatasi, sesempit mungkin.

Suatu penulisan dikatakan ilmiah, karena penulisan tersebut adalah sistematik, generalisasi, eksplanasi, maupun terkontrol.
1.penulisan ilmiah adalah sistematik, karena harus mengikuti prosedur dan langkah tertentu seperti : mengidentifikasi masalah, menghubungkan masalah dengan teori tertentu, merumuskan kerangka teoritis / konsepsional, merumuskan hipotesis, menyusun rancangan studi, menentukan pengukurannya, mengumpulkan data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat kesimpulan.
2.penulisan ilmiah adalah generalisasi, karena dapat dirumuskan atau diambil suatu kesimpulan umum.
3.penulisan ilmiah adalah eksplanasi, karena menjelaskan suatu keadaan atau fenomena tertentu.
4.penulisan ilmiah terkontrol, karena pada setiap langkahnya terencana dengan baik, mempunyai standar tertentu, dan kesimpulan disusun berdasarkan hasil analisis data. Penulisan ilmiah berupaya mengungkapkan secara jelas dan tepat mengenai masalah yang dikaji, kerangka pemikiran untuk mendekati pemecahan masalah, serta pembahasan hasil maupun implikasinya. Karena itu, penulisan ilmiah harus disusun secara logis dan terperinci berupa uraian toeritis maupun uraian empirik.
Jenis-jenis Penulisan Ilmiah
Jenis-jenis penulisan ilmiah yang utama ialah esei ilmiah, kertas kerja, laporan kajian, tesis dan disertasi.
•Esei ilmiah merujuk karangan ilmiah yang pendek tentang topik atau permasalahan berdasarkan data yang diperolehi melalui rujukan perpustakaan dan / atau kerja lapangan. Penghuraiannya bersifat rasional-empiris dan objektif.
•Kertas kerja ialah penulisan ilmiah yang memaparkan sesuatu fakta atau permasalahan berdasarkan data kerja lapangan dan / atau rujukan perpustakaan. Analisis dalam kertas kerja adalah lebih serius serta bersifat rasional-empiris dan objektif. Kertas kerja biasanya ditulis untuk diterbitkan dalam jurnal akademik atau dibentangkan dalam pertemuan ilmiah seperti seminar, workshop dan sebagainya.
•Laporan kajian atau penyelidikan ialah penulisan ilmiah yang menyampaikan maklumat atau fakta tentang sesuatu kepada pihak lain. Penghuraiannya juga bersandarkan kepada metodologi saintifik dan berdasarkan data kerja lapangan dan / atau rujukan perpustakaan.
•Tesis ialah penulisan ilmiah yang sifatnya lebih mendalam. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh daripada pengamatan atau penyelidikan sendiri. Penulisan ilmiah ini melibatkan pengujian hipotesis bagi membuktikan kebenaran.
•Disertasi ialah penulisan ilmiah tahap tertinggi dalam hierarki pancapaian akademik, yaitu untuk mendapatkan gelaran Doktor Falsafah (Ph.D). Disertasi melibatkan fakta berupa penemuan penulis sendiri berdasarkan metodologi saintifik dan analisis yang terperinci.
Prinsip dalam membuat penulisan ilmiah
Suatu penulisan ilmiah harus memenuhi dan menggunakan pendekatan atau metoda ilmiah. Pada umumnya, dalam merencanakan suatu penulisan ilmiah mencakup beberapa tahapan seperti :

 

1.pemilihan masalah penelitian
2.pengumpulan informasi
3.pengorganisasian naskah
4.penulisan naskah
Tahapan ini sebaiknya dilakukan secara berurutan, walaupun dapat juga dilakukan bersamaan.
1.Pemilihan topik masalah penelitian
Pemilihan dan penentuan masalah penelitian merupakan tahap awal dari suatu penulisan ilmiah. Pemilihan topik masalah sangat menentukan arah kegiatan penulisan ilmiah pada tahap berikutnya.
•Sumber
Masalah penelitian yang akan digunakan dapat bersumber dari :
-penulis sendiri
-orang lain, seperti : para ahli, dosen
-buku referensi dan bahan bacaan yang telah dibaca oleh penulis
Masalah penelitian dapat muncul dari adanya kesenjangan (gaps) antara yang seharusnya (menurut teori, konsep) dengan kenyataan yang terjadi dilapangan (praktek) berupa fakta, seperti :hilangnya informasi sehingga menimbulkan kesenjangan pada pengetahuan, terdapat hasil yang berlawanan dari penerapan teori dengan fakta dilapangan (praktek), terdapat fakta yang memerlukan penjelasan lebih lanjut.
•Keterbatasan
Dalam memilih dan menentuan topik masalah, sering ditemukan beberapa keterbatasan yang harus disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu :
-Minat. Masalah yang dipilih sebaiknya sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Masalah yang kurang sesuai dengan minat, akan menghambat konsentrasi dan keseriusan dan penyelesaian penulisan ilmiah.
-Mampu dilaksanakan, masalah yang akan dipilih harus dapat dilaksanakan denga baik, karena penulis harus mampu menguasai materi, mempunyai waktu yang cukup, mempunyai tenaga pelaksana yang terlatih dan cukup, mempunyai dana yang cukup.
-Mudah dilaksanakan, penelitian dapat dilaksanakan karena cukup faktor pendukung seperti data yang tersedia cukup, mendapat izin dari yang berwenang.
-Mudah dibuat masalah yang lebih luas, masalah yang telah dipilih sebaiknya dapat dikembangkan lagi sehingga dapat disusun rancangan yang lebih kompleks untuk penelitian berikutnya.
-Manfaat, penelitian harus bermanfaat dan dapat digunakan hasilnya oleh orang tertentu atau kelompok masyarakat dalam bidang tertentu.
•Pengumpulan informasi
Prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam penulisan :
-Evaluasi instrumen, guna mendapatkan data yang lebih akurat dan konsisten.
Instrumen adalah alat bantu penelitian untuk mengumpulkan data. Instrumen harus dapat diformulasikan dan disesuaikan dengan setiap teknik pengumpulan data (seperti tes, kuisioner, wawancara, observasi, dokumentasi). Karena itu, pengujian terhadap instrumen sangat penting dan mutlak dilaksanakan sebelum instrumen tersebut digunakan untuk pengumpulan data. Penulis harus menguji instrument dan mengetahui hasilnya terlebih dahulu, yaitu dengan pengujian keabsahan (validity) dan pengujian keterandalan (reliability). Hasil pengujian keabsahan bermanfaat untuk mengetahui sejauhmana kesesuaian antara konsep yang akan diteliti dengan uraian dan indicator yang digunakan pada instrumen, sedangkan pengujian keterandalan bermanfaat untuk mengetahui sejauhmmana tingkat ketepatan (akurasi) dan kemantapan (konsistensi) instrumen tersebut.
-Evaluasi sumber data. Data yang dikumpulkan dapat berasal dari data primer dan/atau data sekunder.
-Pembuatan catatan.
•Pengorganisasian naskah
Terdapat beberapa prinsip penting untuk menyusun suatu penulisan ilmiah diantaranya:
-Pola kronologis, menjelaskan setiap langkah harus dilakukan secrara bertahap dan beraturan.
-Pola perbandingan, menyajikan persamaan dan/atau perbedaan antara dua atau lebih dari dua orang, tempat, benda, keadaan.
-Pola sebab akibat, menguraikan kejadian atau kekuatan yang dapat menghasilkan sesuatu, menjelaskan bagaimana sesuatu dapat berubah bila kondisinya berbeda.
-Pola spasial, mengungkapkan bentuk fisik atau dimensi geografis dari topik masalah, sehingga dapat mengarahkan pembaca melalui topik yang membahas beberapa lokasi.
-Pola analisis, adalah suau proses memerinci suatu subjek menjadi bagian dan dapat mengklarifikasinya.
Pola-pola tersebut biasanya digunakan secara kombinasi, baik digunakan pada setiap alinea atau untuk keseluruhan isinya.
Untuk membagi dan mengklarifikasian isi naskah sangat tergantung pada panjang dan kompleksitas materinya. Judul bab harus dinyatakan secara jelas dan tepat, yang menggambarkan isi bab tersebut dan hubungan dengan penulisan secara keseluruhan. Bagian bab dapat digunakan untuk membagi bab yang panjang dan beragam isinya.
•Penulisan naskah
Pada umumnya, penulisan ilmiah terdiri atas :
-Persiapan naskah,
-Naskah pertama.
Apabila penulis telah mempunyai cukup informasi dan data untuk merumuskan idea dan menyempurnakan kerangka pemikiran, maka saatnya penulis untuk membuat naskah pertama berupa konsep (draft). Dalam penulisan naskah pertama dipusatkan pada pengembangan idea. Penulis dapat memulai tulisan dari awal hingga akhir secara berurutan
-Revisi.
Setelah naskah pertama selesai, lakukan pemeriksaaa kembali secara menyeluruh pada materi penulisan. Hal ini dilakukan dengan menyempurnakan yang kurang jelas dan perbedaan pada rangkaian tulisan, gunakan kata yang tepat dan struktur kalimat yang efektif. Upayakan agar setiap alinea hanya mengandung satu gagasan atau pokok bahasan. Revisi dapat dilakukan beberapa kali sehinga menjadi naskah kedua.
-Format.
Penggunaan format tulisan seringkali berbeda. Namun, pada kenyataannya format mempunyai prinsip yang sama, yaitu : bagian pembuka, bagian isi dan bagian penutup.
-Editing.
Editing akhir mencakup pemeriksaaan terhadap masalah dan mengaikannya dengan seluruh penulisan terutama pada pembahasan dan kesimpulan.
-Koreksi akhir.
Koreksi akhir biasanya dilakukan pada hasil cetakan tulisan. Apakah masih terdapat kesalahan cetakan, tata bahasa, pemilihan kata atau penggunaan struktur kalimat?
Langkah-langkah Pembuatan Penulisan Ilmiah
•Memilih sebuah pokok soal (topik) yang ditulis dengan minat penulis
•Mencari sumber yang autoratif
•Membatasi pokok soal yang akan dibicarakan agar pengumpulan data, informasi dan fakta serta pengolahannya terfokus dan agar karangan dapat dikembangkan secara memadai, yaitu pernyataan-pernyataan didukung dengan hal-hal yang konkret dan spesifik.
•Mencari buku-buku, artikel yang membicarakan topik yang telah dipilih dan dibatasi.
•Menata bahan-bahan yang terkumpul berupa catatan-catatan menjadi suatu garis besar (kerangka karangan).
•Menyusun kerangka karangan yang final.
•Menulis draft pertama karangan (karangan sementara). Dalam menulis karangan sementara, kutipan, catatan kaki atau catatan akhir hendaknya diletakan pada tempatnya dan ditulis dengan jelas dan tepat.
Sistematika Penulisan Ilmiah
Hingga saat ini format penyajian penulisan ilmiah belum ada yang baku. Walaupun berbeda dalam format penulisannya, penyajian atau pemaparan suatu penulisan ilmiah tetap sama, yaitu logis dan empiris. Logis artinya masuk akal, sedangkan empiris artinya dibahas secara mendalam berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan. Penulisan ilmiah harus berdasarkan kegiatan ilmiah yaitu ada latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, kerangka berpikir (konsep), hipotesis (tentative), metode penelitian, analisis dan uji hipotesis.
Bentuk laporan Penulisan Ilmiah
A.Bagian Awal, terdiri dari :
1.halaman judul, ditulis sesuai dengan cover depan sesuai aturan yang ada.
2.lembar pernyataan, merupakan halaman yang berisi pernyataan bahwa penulisan karya tulis ini merupakan hasil karya sendiri bukan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap hasil karya orang lain.
3.lembar pengesahan, berisi daftar pembimbing atau guru pembina. Pada Bagian bawah sendiri juga disertai tanda tangan Pembimbing.
4.abstraksi, berisi ringkasan tentang hasil dan pembahasan secara garis besar dari Penulisan Ilmiah dengan maksimal 1 halaman.
5.halaman kata pengantar, berisi ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut berperan serta dalam pelaksanaan penelitian dan pembuatan penulisan ilmiah.
6.halaman daftar isi, berisi semua informasi secara garis besar dan disusun berdasarkan urut nomor halaman.
7.halaman daftar tabel (tentatif).
8.halaman daftar gambar: Grafik, Diagram, Bagan, Peta (tentatif).
B.Bagian Tengah, terdiri dari :
1.bab pendahuluan, terdiri dari beberapa sub pokok bab yang meliputi antara lain :
a.latar belakang masalah, menguraikan alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang bersangkutan.
b.rumusan masalah, berisi masalah apa yang terjadi dan merumusan masalah dalam penelitian.
c.batasan masalah, memberikan batasan yang jelas dari persoalan atau masalah yang dikaji dan bagian mana yang tidak dikaji.
d.tujuan penelitian, menggambarkan hasil yang bias dicapai dari penelitian dengan memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti.
e.metode penelitian, menjelaskan cara pelaksanaan kegiatan penelitian, mencakup cara pengumpulan data, alat yang digunakan dan cara analisa data. Jenis-jenis metode penelitian :
-studi pustaka : semua bahan diperoleh dari buku-buku dan/atau jurnal
-studi lapangan : data diambil langsung di lokasi penelitian
-gabungan : menggunakan gabungan metode studi pustaka dan studi lapangan
f.sistematika penulisan, memberikan gambaran umum dari bab ke bab, isi dari penulisan ilmiah.
2.bab landasan teori atau bab tinjauan pustaka, menguraikan teori-teori yang menunjang penulisan / penelitian, yang bisa diperkuat dengan menunjukkan hasil penelitian sebelumnya.
3.metode penelitian, menjelaskan cara pengambilan dan pengolahan data dengan menggunakan alat-alat analisis yang ada.
4.bab analisis data dan pembahasan, membahas tentang keterkaitan antar faktor-faktor dari data yang diperoleh dari masalah yang diajukan kemudian menyelesaikan masalah tersebut dengan metode yang diajukan dan menganalisa proses dan hasil penyelesaian masalah.
5.bab kesimpulan dan saran, bab ini bisa terdiri dari kesimpulan saja atau ditambahkan saran. Kesimpulan, berisi jawaban dari masalah yang diajukan penulis yang diperoleh dari penelitian. Saran ditujukan kepada pihak-pihak terkait sehubungan dengan hasil penelitian.
C.Bagian Akhir, terdiri dari :
1.daftar pustaka, berisi daftar referensi yang digunakan dalam penulisan.
2.lampiran, penjelasan tambahan, dapat berupa uraian, gambar, perhitungan-perhitungan, grafik atau tabel.

 

Sumber :

http://bloggerklengerrr.blogspot.com/2009/10/pengertia-penulisan-ilmiah.html#!/2009/10/pengertia-penulisan-ilmiah.html

http://www.scribd.com/ukht_marutu/d/8343686-Teknik-PenulisanIlmiah